Glasnot's Fried Rice with Love : Part 2
“Gue nggak suka nasi
goreng.” kata Aisha. Baru saja dia ditawarin makan oleh Tyas. Saat itu sedang
jam istirahat pertama. Tyas heran “Nasi goreng itu kan enak, Sha. Masa lo nggak
suka? Emang kenapa?”
“Pokoknya gue nggak
suka nasi goreng!”
“Kok gitu? Cobain deh.
Lo pasti suka.”
“Gue nggak mau, Yas.
Pokoknya nggak mau makan nasi goreng. Walaupun lo berusaha ngebujuk gue. Tetep
nggak suka nasi goreng.” kata Aisha yang nada bicaranya hampir meninggi. Aisha
beranjak dari tempat duduknya dan pergi keluar kelas. Lalu, Ria pun masuk ke
kelas dan menghampiri Tyas, “Aisha kenapa?”
“Nggak tau. Masa
katanya dia nggak suka nasi goreng.”
“Serius lo? Ada-ada aja
si Aisha.”
Sementara di depan
kelas XI IPS 4, Aisha melihat ke arah lapangan yang ada di bawah. Dia
memperhatikan anak-anak cowok yang lagi main futsal. Glasnot datang dari arah
kiri Aisha. Dia menghampiri Aisha. “Sha...”
Aisha menoleh ke
Glasnot “Apaan?!” Aisha memandang Glasnot dengan sinis.
“Yang kemaren...”
“Soal nasi goreng itu?
Ya udahlah lupain aja. Gue udah maafin kok.”
“Tapi, Sha. Yang
numpahin itu...”
“Gue bilang lupain
aja!” Aisha pun masuk ke kelas dengan wajah kesal. Glasnot heran dengan sikap
Aisha yang sekarang. Khoiri yang datang dari arah belakang Glasnot, langsung
menghampiri dan berdiri di sampingnya “Ditolak ya?”. Glasnot menoleh ke Khoiri
“Apanya yang ditolak?”
“Ungkapan isi hati lo
ke Aisha.”
“Lo kira gue nembak
dia?”
“Oh, belum? Yes!
Berarti gue masih punya kesempatan buat ngedeketin lo.”
“HAH?” Glasnot spontan
teriak.
“Maksud gue si Aisha.
Tenang, gue nggak homo. Cuma ‘belok’ dikit hahaha.” Khoiri menepuk pundak
Glasnot sambil ketawa. Glasnot cengengesan.
“Lo kenapa, Sha?” tanya
Tyas ke Aisha yang sedang duduk di sampingnya, meletakan kepalanya dan kedua
tangannya di meja. Masih jam istirahat.
Aisha menggeleng. “Lo lagi ada masalah? Akhir-akhir ini lo nggak seperti
biasanya.” kata Ria yang berdiri di samping Aisha. Dia pun mengangkat
kepalanya, dan bersandar di bangkunya “Gue nggak apa-apa kok. Gue cuma lagi
bete aja.” kata Aisha
“Bete kenapa?” tanya Tyas.
Aisha menggeleng “Nggak
tau.”. Jawabannya simple, tapi menyimpan banyak tanya. Aisha meletakkan kepala
dan tangannya lagi di meja “Udah ya. Gue ngantuk.” katanya pelan. Ria dan Tyas
berpandangan. Mereka saling mengangkat bahu. “Keluar yuk.” Ajak Tyas. Mereka
berdua pergi keluar kelas meninggalkan Aisha yang sepertinya lagi tidur. Di
depan kelas XI IPS 4 ada Glasnot dan Khoiri lagi ngobrol. Ria dan Tyas
menghampiri mereka berdua. “Lo apain si Aisha?” tanya Tyas tanpa basa-basi.
“HAH?” Glasnot spontan
kaget. “Lo kira gue udah berbuat yang nggak-nggak?”
“Maksud gue, kemarin lo
ngomong apa aja sama Aisha sampe dia bete gitu.”
“Dia bete?” tanya
Glasnot heran.
“Lah? Bukannya kemarin
lo telepon Aisha?” Tyas balik bertanya.
“Nggak jadi. Pulsa gue
nggak cukup.”
GUBRAKK!
“Tuh, kan bener dugaan
gue. Pasti lo nggak ada pulsa.” kata Khoiri.
“Gue bahkan nggak tau
kalo pulsa gue tinggal dikit.” Glasnot membela diri.
“Nah, yang jadi
permasalahan, si Aisha bete gara-gara apaan?” tanya Ria “Berani nanya ke
orangnya langsung nggak?”
“Lu aja, Not.” kata
Khoiri sambil menepuk pundak Glasnot. Dia menaikkan pundaknya untuk melepas
tepukan dari Khoiri “Nggak ah, ntar gue dimarahin lagi. Barusan gue minta maaf
ke dia, eh dia ngeliatin gue sinis gitu. Serem!”
“Nggak ada salahnya kan
buat nyoba?” kata Tyas bijak. Semua pandangan mengarah ke Glasnot.
***
“Sha, lu kenapa sih
sama gue?” tanya Glasnot ke Aisha yang sedang jalan menuju lantai bawah. “Nggak
apa-apa.” kata Aisha yang fokus dengan langkahnya.
“Kalo nggak apa-apa
kenapa lo sinis banget sama gue?”
“Gue lagi nggak mood
aja.”
“Nggak mood apaan?”
Aisha menghentikan
langkahnya setelah sampai di lantai bawah dan menoleh ke Glasnot “Pokoknya, gue
nggak mau ngomong sama lo lagi. Lo udah bikin gue malu di depan kelas, dan
lo...”. Glasnot menunggu kalimat selanjutnya dari Aisha “Ah! Udah gue mau
balik.” Aisha pun pergi meninggalkan Glasnot di sana. Rencana selanjutnya pun
gagal juga.
***
Hari sabtu, sekolah
libur. Hari itu Aisha, Glasnot, Khoiri, Ria, dan Tyas berkumpul di rumah Tyas untuk
mengerjakan tugas kelompok. “Eh, udah jam segini si Aisha jadi dateng nggak
sih?” tanya Ria sambil melihat jam dinding. Tyas menggeleng “Nggak tau.
Palingan masih tidur tuh anak.” katanya sambil sibuk mengutak-atik laptop.
“Palingan gara-gara
gue.” sambung Glasnot.
“Nggak mungkin.
Palingan macet di jalan. Positive thinking aja.” saran Ria. Tak lama ada yang
mengetuk pintu rumah Tyas.Lalu Tyas pun beranjak untuk memukakan pintu.
Ternyata Aisha, “Gini-gini gue profesional loh.” kata Aisha tanpa ditanya.
Akhirnya mereka berlima
mengerjakan tugas kelompoknya. Mengerjakannya pun diselingi dengan candaan
Khoiri. Dua jam kemudian, akhirnya selesai juga. “Eh, iya. Pasti kalian pada
laper ya? Gue udah bikinin nasi goreng spesial buat lo semua.” kata Tyas. Dia pun
beranjak. Glasnot, Khoiri dan Ria beranjak juga untuk mengambil nasi goreng
buatan Tyas. Tunggu dulu! Nasi goreng? Aisha bukannya nggak suka? Aisha tetap
duduk sambil memainkan HPnya. Padahal perut Aisha sudah bunyi tuh.
“Sha? Lo nggak makan?”
tanya Ria. Aisha menggeleng, fokus ke HPnya. “Kalo nggak mau, buat gue aja ya.”
Khoiri lagi-lagi bercanda. Aisha mengangguk.
“Nasi gorengnya enak
loh, Sha. Ada lelehan keju mozarelanya.” Tyas mencoba membujuk Aisha. Tetep aja
Aisha gak tergoda. Sebenarnya sih iya, tapi dia mencoba menahan. “Makan, Sha.
Kalo nggak, ntar lo kurus kayak Ria.” ledek Khoiri.
“Kayak lo nggak kurus
aja, Ri.” Ria membela diri.
“Gue cuma kurang
gendut, Ri.” canda Khoiri.
“Sama aja, Ri.”
“Beda cara bacanya,
Ri.”
“Lo berdua kenapa malah
debat?” Tyas dan Glasnot heran. Khoiri dan Ria nyengir. Setelah itu mereka
berempat pun makan. Aisha tetep nggak mau makan padahal dia udah laper banget.
Apa karena dia gengsi udah bilang nggak suka nasi goreng?
Menjelang sore, Aisha,
Glasnot, Khoiri dan Ria pamit pulang ke Tyas. Di depan pintu rumah Tyas, mereka
berempat berdebat “Ri, please bareng ya sama gue.” pinta Ria. “Hm... gimana ya?
Patungan uang bensin ya.” kata Khoiri.
“HAH?”
“Bercanda doang, Ri.”
“Kirain.”
“Lo pulang gimana,
Sha?” tanya Tyas. “Gue naik angkot.”
“Nggak bareng Glasnot?”
tanya Khoiri yang langsung menoleh ke Glasnot. Ria dan Tyas ikutan juga. “Gue
bisa sendiri kok.” kata Aisha.
“Nggak apa-apa kali,
Sha. Lagipula kalian kan searah.” usul Ria.
“Dan irit ongkos.”
sambung Khoiri.
“Hm... Ya udah deh.”
Aisha pasrah. Mereka berempat pun pulang. Khoiri bareng Riaa, Glasnot bareng
Aisha. Ini kesempatan Glasnot untuk ngobrol sama Aisha. Semoga aja nggak gagal,
gumam Glasnot.
Di perjalanan, Aisha
dan Glasnot saling diam. Glasnot memberanikan diri buat ngomong duluan “Hm...
Sha.”. Aisha diam. Glasnot jadi enggan manggil Aisha lagi.
Beberapa menit kemudian,
sampailah di depan rumah Aisha. Dia pun turun dari motor Glasnot dan berdiri
disampingnya “Makasih. Tapi bukan berarti gue udah nggak kesel sama lo. Gue
cuma nggak mau mereka maksa-maksain gue lagi.” Aisha pun melangkah masuk ke
rumahnya. Namun terhenti dan dia pun balik badan “Oya, sebenernya gue denger lo
manggil gue tadi. Tapi gue males ngerespon.” Aisha pun berbalik badan dan
berjalan masuk ke rumahnya. Glasnot diam.
***
Cerita Selanjutnya <-- KLIK
Komentar