Anggap Saja dari Angin 2
Hai,
pria berkacamata.
Beberapa minggu sesudah aku menuliskan surat pertama untukmu meskipun
belum tersampaikan, namun isi dari surat tersebut sudah diwujudkan oeh salah
satu penggemarmu. Ya, awalnya dia mengajakku untuk bertemu denganmu, namun aku
masih harus studi di luar kota. Pada akhirnya aku hanya bisa titip salam
untukmu.
Namun, keesokkan harinya dia tidak menyampaikan salamku padamu. Tapi dia
mengajakku untuk mengobrol langsung padamu via telepon. Aku sedikit tidak
percaya, karena kegiatanmu banyak memakan waktu, mana mungkin bisa? Tapi
akhirnya aku terima ajakannya.
Siang itu tidak ada jam kuliah, aku menelpon dia untuk bisa mengobrol
denganmu. Masih sulit dipercaya sebentar lagi aku mendengar suaramu dari
seberang sana. Ketidakpercayaanku sedikit mulai hilang saat kamu menyebut
namaku. Aku bingung harus bicara apa denganmu, mendengar suaramu saja sudah
membuatku senang. Tanpa basa-basi kamu menasehati aku dengan kalimat yang
sebenarnya juga nasehat untuk kamu.
“Cepat lulus, ya.” itulah yang kamu ucapkan padaku. Aku akan selalu
ingat itu. Dan semoga kalimat yang kamu ucapkan tadi bisa terwujud padamu juga.
Seperti yang pernah kamu bilang diacara kamu sendiri “Gue harus lulus kuliah,
karena gue berhutang sama ibu gue”. Kalimat itu benar adanya padaku. Selama ini
yang biayai aku kuiah adalah ibu, bahkan dari SD-SMA yang membiayai semua
adalah ibu. Dan aku memang berhutang banyak pada ibu.
Terima kasih karena dua kalimat tadi membuatku untuk terus berusaha
melawan rasa malas saat menjalani masa sebagai mahasiswa. Terima kasih mau
menyempatkan untuk mengobrol padaku via telepon meski hanya sebentar. Oh, ya
ngomong-ngomong selamat ulang tahun ;)
Dari penggemarmu
Komentar