UNDANGAN

Dia datang ke rumahku membawa sebuah undangan pernikahan. Ah, rasanya mau menangis saat itu. Dia sudah memilih yang lain rupanya?



"Hey, bisakah kau datang?" tanyanya sambil menyerahkan undangan pernikahan itu yang terbungkus rapi.

"Kuusahakan." aku menerima undangan itu dengan malas.

"Tidak mau kaubaca?" tanyanya lagi. Astaga, kau mau membuat aku menangis sekarang, ya?

Baiklah, aku menuruti saja. Sejujurnya aku penasaran juga dengan siapa dia menikah.

Mataku terbelalak melihat nama mempelai wanita yang akan dia nikahi. Untuk memastikan, aku baca keseluruhan undangan.

"Jangan terlambat datang, ya. Dandan yang paling cantik, karena kau yang akan menjadi mempelai wanitanya. Mempelai wanitaku." katanya.

Ya, undangan tersebut tertulis namaku dan namanya.

(Jakarta, 24 September 2018)

Komentar