Phenylethylamine

"Aru Kagaku no Shoumei" by Kizu Natsuki / Gusari


Ada yang aneh dalam diriku. Degupan jantung tidak normal, ada yang menari-nari dalam perut, dan nadiku berdenyut. Aku mulai takut,

"Jangan-jangan aku kena penyakit?"


Lalu aku memeriksa ke dokter terdekat. Setelah aku menjelaskan keluhanku, beliau tertawa lebar. Aku takut kalau nanti bibir si dokter merobek. Setelah berhenti tertawa, beliau bilang,

"Ada suatu zat bernama zat Phenylethylamine yang menggerogoti seluruh tubuhmu."

Aku yang mendengar menjadi semakin takut. Zat apa itu? Apakah berbahaya? Menyembuhkannya bagaimana? Apakah aku akan mati? Padahal aku masih punya hutang kebaikan di dunia. Aku takut kalau kebaikanku di dunia belum diterima. Ah, pikiranku mulai ke mana-mana.

"Zat ini menggerogotimu sampai dua atau tiga tahun."

Aku semakin panik. Gawat! Bagiku itu waktu yang sebentar untuk menembus kesalahanku di dunia. Bagaimana ini? Aku masih punya tanggungan untuk adik-adikku!

Dokter tertawa lagi. Mungkin beliau pandai membaca ekspresiku yang kacau sekarang.

"Tenang saja. Itu bukan zat yang bisa membuatmu mati. Zat itu akan membuatmu bahagia. Banyak yang menyebutnya Phenylethylamine adalah zat cinta."

Hah? Zat cinta? Apaan tuh? Apakah itu ada dalam pembelajaran Kimia zaman sekarang?

"Kamu ini sedang jatuh cinta."

Eh? Jatuh cinta? Benarkah?

"Coba ingat-ingat, siapa orang yang menjadi penyebab zat Phenylethylamine menggerogoti dalam tubuhmu?"

Setelah itu aku berterimakasih dan pamit pada dokter. Di perjalanan pulang, aku memikirkan kalimat-kalimat dokter tadi. Siapa yang membuat aku jatuh cinta?

Gara-gara itu, aku jadi memperhatikan hampir semua lelaki di sekitar kampusku. Tidak terjadi apapun. Lalu menyempit ke gedung fakultas. Tidak ada juga. Lalu sampai ke kelasku.

DEG!

Baru sampai depan pintu saja, aku merasa seperti yang aku alami kemarin. Jantungku berdegup kencang, tapi kali ini wajahku mulai memucat dan tanganku mulai dingin.

AKU TERLAMBAT MASUK KELAS!!

Untungnya dosen kali ini sangat baik. Mau ada yang telat, tetap dipersilakan masuk. Akupun masuk ke kelas dan tentu saja dilihat oleh teman-temanku. Aku menunduk lalu berjalan menuju kursi yang masih kosong. Kelaspun dilanjutkan. Ah, gara-gara tadi sibuk memperhatikan lelaki sekitar kampus, aku jadi terlambat masuk kelas.

"Hey, ini daftar presensinya."

Suara itu berasal samping kiriku. Tidak jauh, hanya berjarak tiga kursi kosong. Aku menoleh dan menatap matanya. Oh, lelaki itu memberikan map berisi daftar presensi kelas ini. Aku mengangguk dan menerima map tersebut. Tidak sengaja, jariku menyentuh jarinya.

DEG!

TOLONG! JANTUNGKU BERDEGUP KENCANG! PERUTKU ADA YANG MENARI-NARI! NADIKU BERDENYUT INDAH!

Apakah dia penyebabku jatuh cinta?

Lalu dia kembali ke posisi semula, mendengarkan penjelasan dosen. Aku masih mematung menatap lelaki itu. Masa sih dia? Dari sekian banyak lelaki tampan di kampus ini, kenapa harus dia?

Lelaki itu menoleh padaku yang membuatku menyadarkan lamunanku. Aku pura-pura sibuk membuka map persensi itu dengan gemetar. Jantungku masih berdegup tidak karuan.

*

Dia lelaki yang bisa dibilang idaman para perempuan. Supel? Iya. Cerdas? Iya. Humoris? Belum, soalnya lawakan dia masih setara recehan di akhir bulan, setidaknya membuatku tersenyum. Tampan? Menurutku lumayan, sih. Apalagi kalau dalam mode serius KYAAAAAA!!!

Sial, jantungku berdegup lebih kencang. Takut tapi aku malah bahagia.

Diam-diam aku memperhatikan dia di kelas, di luar kelas, bahkan saat di organisasi. Hey, aku ikut organisasi bukan karena dia, loh. Memang aku menginginkannya (dan ajakan teman). Lumayan menjadi lebih dekat dari sebelumnya, tapi tidak sampai intens seperti sedang pendekatan. Biasa tapi pasti. Setidaknya ini kemajuan dari menjadi pengagum dari jauh.

Benar-benar membuatku bahagia. Kalau bisa, sih, aku mau ini terus ada sampai seterusnya, bukan cuma sampai dua atau tiga tahun. Mencintainya dalam waktu segitu rasanya sangat singkat.

Zat Phenylethylamine ini juga membuat aku jadi ada sedikit perubahan. Yang tadinya aku di kelas hanya memperhatikan dosen, sekarang aku jadi lebih banyak tanya-jawab di hampir setiap mata kuliah, aku jadi lebih banyak menulis tentangnya juga. Ada yang belum selesai, sih, karena terlalu malu untuk menuliskan namanya. Lalu yang paling penting, dia adalah alasan kenapa aku jadi merindukan kampus (padahal baru beberapa menit kuliah selesai).

*

Memasuki satu tahun semenjak zat Phenylethylamine ini muncul. Entah dari mana dan sejak kapan, hampir satu kelas tahu kalau aku menyukai dia, si pelaku yang membuat zat ini menggerogoti dalam tubuhku. Kenapa teman-temanku yang peka? Padahal aku yang menyukai dia, loh.

Eh, tapi bisa juga kalau dia sebenarnya peka tapi enggan untuk bilang. Kalaupun dia peka, aku harap perasaan ini tidak membebaninya.

Aku pernah ditanya dengan temanku, "Kalau akhirnya dia tidak memilihmu bagaimana?"

Aku menjawab, "Enggak apa-apa. Aku udah senang kok bisa jatuh cinta sama dia."

Terdengar munafik, ya? Jujur saja aku tidak berpikiran untuk menjadikan dia milikku. Sama sekali. Jadi, jawaban tadi itu tidak bohong, loh.

Sudah kubilang, kan, kalau dia penyebab zat Phenylethylamine-ku muncul? Zat yang cuma hadir dua sampai tiga tahun? Kalau sudah di tahun kedua atau ketiga juga akan hilang. Dia cuma menjadi "vitamin" buatku.

*

Sudah memasuki tahun kedua. Aku merasa zat Phenylethylamine sudah hampir kehilangan reaksinya. Apalagi saat dia dikabarkan sedang dekat dengan seorang perempuan.

Enggak cemburu kok! Cuma iri. Tapi aku malah senang kalau akhirnya dia dekat dengan perempuan itu. Aku kalau jadi lelaki juga akan mendekati perempuan itu.

Apakah aku masokis? Yang katanya semakin sakit malah semakin senang?

Tidak ada yang menarik di tahun kedua ini. Namun aku masih tetap menikmati hari seperti biasa.

Sayangnya tidak seperti biasa saat pertama merasa jatuh cinta.

*

Hampir memasuki tahun ketiga.

Sudah mulai jarang melihatnya lagi karena kami sudah disibukan dengan tugas masing-masing.

Dia apa kabar ya?
Bagaimana hubungan dengan perempuan itu?
Apakah tidurnya cukup?
Aku harap dia baik-baik saja.

Zat Phenylethylamine-ku sepertinya sudah mau habis. Tidak ada lagi reaksi saat aku sedang memikirkannya. Tulisan-tulisanku tentang dia, tidak aku selesaikan. Rasanya jadi kehilangan motivasi untuk melakukan sesuatu.

Motivasi? Apa yang lebih penting dari harga diri?

Namun, ternyata...

Aku masih diberikan kesempatan untuk melihatnya lagi.

Dia baik-baik saja, tapi kantong matanya mulai terlihat. Sudah mulai gemukan, atau hanya perasaanku saja? Yang tidak berubah adalah lawakan dia yang setara recehan di akhir bulan. Tenang saja, itu masih bisa membuatku tersenyum.

Setelah melihatnya, masih ada sedikit reaksi dari zat Phenylethylamine. Ada rasa bahagia lagi. Baguslah, kalau dia terlihat baik-baik saja. Semoga seterusnya dia baik-baik saja dengan dirinya sendiri, bahkan dengan perempuan pilihannya nanti.

Dan dengan berakhirnya tulisan ini, berakhirlah sudah zat Phenylethylamine berjalan-jalan dalam tubuhku. Berakhirlah sudah perasaanku padanya. Meski masih meninggalkan bercak, aku rasa tidak apa-apa.

Terimakasih atas dua tahun lebihnya, entah aku diizinkan atau tidak, aku pernah menyukaimu semanis ini.

Selamat ulang tahun :)

Komentar

Anonim mengatakan…
agak emosi y qaqa