Glasnot's Fried Rice with Love ENDING


Di kelas XI IPS 4
“Sha, sampe kapan lo nggak maafin Glasnot?” tanya Tyas. Saat itu sedang berada di kelas di jam istirahat pertama. “Sampe dia bikin gue nggak marah lagi.” jawabnya datar. “Emang apa sih yang bikin lo marah sampe-sampe nggak mau maafin Glasnot?” tanya Tyas lagi. Aisha diam. Hampir setengah menit.
“Kasihan tau, Sha. Dia udah minta maaf berkali-kali tapi lo malah nggak mau maafin dia.” lanjut Tyas.
“Jadi, gue harus gimana?” akhirnya Aisha bicara juga setelah lama diam.
“Lo jelasin semuanya sebab lo marah ke Glasnot. Dan lo minta maaf ke dia.”
“Oke, nanti gue coba.”

***


Di sekre pramuka, ada Khoiri dan Ridwan. Mereka sedang makan nasi goreng yang dibawakan Glasnot. Tak lama, Tyas pun masuk ke sekre, “Kalian liat Glasnot nggak?” tanyanya. Mereka berdua menoleh ke Tyas. “Barusan keluar. Palingan dia ke kantin.” jawab Ridwan. “Oh, yaudah.” kata Tyas.
“Kok nggak nyariin gua?” canda Khoiri.
“Pengen banget?” kata Ridwan dan Tyas serempak.
“Pengen aja.”
Glasnot pun masuk ke sekre. Semuanya menoleh ke Glasnot. “Nah, ini orangnya.” kata Tyas. Glasnot berjalan menghampiri Tyas “Kenapa? Mau beli nasi goreng?”
Tyas menggelang “Nggak. Gue ke sini mau nanya aja ke lo. Soal... Aisha.”
“Aisha? Ada apa nih Aisha sama Glasnot? Cie cie cie...” sambar Ridwan.
“Biasalah, anak remaja.” Khoiri ikut-ikutan.
“Mending ngobrolnya jangan di sini deh. Ada yang kepo.” usul Glasnot. Tyas mengangguk. Mereka keluar dari sekre dan berjalan ke tempat duduk yang ada di samping sekre pramuka. “Nanya soal apa?” Glasnot membuka pembicaraan.
“Lo belum baikan sama Aisha?” tanya Tyas.
“Tuh tau, kenapa nanya?”
“Bukan! Maksud gue, kenapa belum baikan?”
“Dianya begitu. Setiap ketemu gue, marah-marah terus. Lagi dapet kali ya?”
“Nggak mungkinlah. Masa iya dia setiap hari dapet.”
“Oh iya ya.”
“Tapi, tadi gue udah bilang ke Aisha. Mungkin kata-kata gue tadi bisa meluluhkan hatinya dia dan mau nerima maaf lo.” jelas Tyas. “Lo ngomong apaan ke Aisha?” tanya Glasnot. Tyas senyum-senyum sambil menunjuk ke wajah Glasnot “Kepo ya...?”
“Dih, gitu banget. Yaudah kalo nggak mau ngasih tau, nanti gue nggak mau ngasih tau sesuatu ke lo.” balas Glasnot. “Mau ngasih tau sesuatu apaan?” tanya Tyas. “Kepo deh...” gantian Glasnot yang menunjuk-nunjuk ke wajah Tyas.

***

Jam menunjukkan pukul 5 sore. Kegiatan ekskul-ekskul diberhentikan. Semua anggota dan pembina ekskul pulang. Hari itu sedang mendung, angin bertiup kencang, sebentar lagi akan turun hujan. Semua yang baru saja mengikuti kegiatan ekskul buru-buru pulang. Ada yang di jemput dan ada yang naik angkutan umum. Jika mau naik angkutan umum, harus jalan sampai depan kompleks. Hujan pun turun. Orang-orang berlarian untuk berteduh. Ria berteduh di warung depan kompleks. Seragamnya basah kena hujan. Dia mengusap-usap lengannya supaya tidak kedinginan. Lalu ada seseorang yang meminjamkan jaket untuknya “Nih, pake jaket gue.” Katanya. Ria menoleh ke orang itu. Ternyata, cowok yang waktu itu di kantin. “Lo nggak kedinginan?” tanya Ria. “Kedinginan sih, tapi lo lebih kedinginan karena udah kena hujan. Udah pake aja jaket gue.” saran cowok itu. Ria menerima jaket itu dan memakainya.
“Lo daritadi di sini?” tanya Ria. Cowok itu mengangguk “Daritadi angkot belum ada yang lewat. Sekalinya ada, malah penuh. Lo kok baru pulang?” tanyanya. “Tadi ada rapat.” jawab Ria.
“Gimana?” tanya cowok itu lagi. Ria menatap heran “Apanya?”
“Udah tau nama gue belum?”
“Belum.” jawab Ria sambil menggeleng-geleng kepala. “Emang nama lo siapa?”
“Tebak dong.”
“Nama di dunia ini banyak ya. Masa iya gue sebutin satu-satu?”
“Hehehe”
“Ya udah, kita kenalan lagi.” Ria menyulurkan tangannya “Nama gue Ria, kelas XI IPS 4, nomor absen 29, gue cuma siswi biasa di kelas. Lo?” tanyanya. Cowok itu menyambut uluran tangannya “Gue ketua kelas XI IPA 4, nomor absen 17, dan nama gue Iqbal.”
“Oh... lo kembarannya Reza yang anak pramuka itu ya?”
“Bukaaan.”

***

Kelas XI IPS 4 masih sepi. Aisha pun baru saja masuk ke kelasnya. Dia berjalan menuju tempat duduknya. Sesampainya, dia melihat di kursinya ada kotak makan terbuat dari plastik. Dia mengambil benda itu dan membukanya. Isinya nasi goreng masih hangat. Dari baunya sangat khas sekali. Aisha pun duduk dan mencoba nasi goreng itu. Enak, batinnya. Tapi dari siapa ya? Batinnya lagi.
Di depan kelas, Aisha melihat ke arah lapangan yang ada di bawah. Dia memperhatikan anak-anak cowok yang lagi main futsal. Glasnot datang dari arah kiri Aisha. Dia menghampiri Aisha. “Sha...”
Aisha menoleh ke Glasnot tanpa bicara. Glasnot agak ketakutan “Ng... Lo masih marah ya sama gue?” tanyanya hati-hati. Aisha cuma menggeleng dan kembali memperhatikan lapangan. “Maaf ya, gue marah-marah sama lo. Padahal cuma gara-gara lo nggak sengaja numpahin nasi goreng ke seragam gue.” kata Aisha.
“Sebenernya yang numpahin itu bukan gue. Si Agi sama Farizqi. Gara-gara mereka rebutan, ya akhirnya nasi goreng itu kelempar dan kena lo.” jelas Glasnot. Aisha mengangguk “Oh, ya udahlah lupain aja. Itu udah kejadian lama,” katanya. Glasnot merasa sudah selesai masalah ini. “Oh iya, gimana nasi gorengnya?” tanya Glasnot. Aisha menoleh ke Glasnot dengan tatapan heran “Nasi goreng?”
“Yang tadi pagi ada di kursi lo. Gimana rasanya?”
Aisha berpikir sejenak “Oh. Enak kok. siapa yang bikin?” tanya Aisha. “Gue,” jawab Glasnot singkat. “Hebat, cowok kayak lo bisa masak juga.”
“Karena nasi goreng itu dibikin pake cinta, makanya rasanya enak. Gue namain nasi goreng itu... nasi goreng Glasnot dengan cinta di setiap adukkannya.”
“Judulnya panjang banget, hahaha.” kata Aisha sambil tertawa kecil.
Lalu Khoiri, Ria, dan Tyas mengagetkan mereka berdua “HOY!”
“Berduaan mulu nih Glasnot sama Aisha.” kata Khoiri. “Iya nih. Khoiri jadi cemburu tuh, Sha sama Glasnot hahaha.” ledek Ria. Semuanya tertawa. “Ssst... Jangan kasih tau ke Glasnot dong, gue malu nih.” canda Khoiri.
“Cie ciee... udah baikan nih ceritanya?” kata Tyas sambil menyenggol lengan Aisha. “Gitu dong, kan nggak baik kalo pada musuhan.”
“Iya, ini salah gue juga sih, gue marah-marah ke Glasnot karna hal sepele.” kata Aisha. “Ya udah, yang penting sekarang gue udah nggak denger lagi ada yang marah-marah di kelas, hehehe.” Khoiri cengar-cengir. Lalu, Andi, Reza, dan Ridwan menghampiri mereka berlima “Wah... ngumpul nggak ngajak-ngajak ya.” kata Andi. “Pengen banget diajak.” sambar Reza sambil menyenggol lengan Andi.
“Eh, ke kantin yuk.” ajak Ridwan
“Lo yang bayarin ya.” kata Khoiri
“Woles...”
“YEAAY!” mereka bertujuh berseru bersama. Dan mereka semua ke kantin. Akhirnya, Aisha memaafkan Glasnot, dan mereka berdua baikan. Masalah pun selesai.

TAMAT

Komentar